Thursday, December 30, 2010

Tuesday, November 23, 2010

Keikhlasan Berujung Keberhasilan: fakta hari ini @ D'Green Fest.

Ketika sederet amanah dinilai sebagai berkah
Pekerjaan terasa ringan dan nikmah

Ketika berbagai perbedaan disikapi dengan positif
Menjadi sinergi yang luar biasa dan kreatif

Ketika hambatan yang menghadang dianggap tantangan & peluang
Semangat terbakar rasa khawatir pun hilang

Ketika kesalahan dilapangkan dan diikhlaskan
Banyak kemudahan datang dari berbagai arah yg tak terprediksikan

Di saat kepasrahan atas Kuasa Robbnya dipersembahkan
Kekuasaan itu diperlihatkan-Nya nyata berhamburan

Sore itu…
Langit persis di atas Darbi School..menghitam…serombongan awan asyik bercengkerama…berkumpul..semakin menebal…Petir sesekali bersahutan…

Terbayang..
Sesaat lagi..buliran air hujan kan menetes...tik..tik..tik…berrrr
Dan selanjutnya seluruh permukaan wilayah Darbi akan basah…becek..dan tergenang..
Wah..bagaimana anak-anak bisa tampil…sedangkan seluruh acara merupakan atraksi out door ? Belum lagi atribut yang sudah terpasang ?

Astaghfirulloh..
Ampuni hamba atas su’udzon ini..

Aku pun men”switch” prasangkaku
Ya Ilahi..
Jika kami termasuk orang2 yang mengamalkan Attaubah:105, yaitu orang yang berusaha bekerja karena-Mu, kami yakin janji-Mu di ayat itu bahwa Engkau, Rosul dan Mukmin akan mengapresiasi ikhtiar ini, perkenankanlah


Ya Robb..
Jika apa yang telah kami lakukan tak banyak memberi manfaat dan sebaliknya kemudharatan yang mendominasinya, batalkan dengan cara-Mu
Kami Ikhlas Ya Robb..


Ya Alloh…
Apa pun yang terjadi, pasti itu adalah yang terbaik yang Kau berikan bagi kami. Jadikan kami hamba-Mu yang ikhlas dan pandai mengambil hikmah dari kebahagiaan maupun kesedihan. Lapangkan hati kami
Kami ikhlas Ya Alloh..

(ternyata…lantunan do’a sejenis..terpancar dari hati para ibu/bapak guru lainnya…dan mungkin para siswa dan orang tua)

Subhanalloh..walhamdulillah..wallohuakbar

Teknologi SMS gate way yang sudah disiapkan teman2 ICT untuk mengiformasikan pembatalan acara secara serentak (jika terjadi keadaan darurat seperti:banjir) kepada paling tidak 1000 undangan yg telah disebar..
Alhamdulillah..tak digunakan

Rombongan awan bergerak…menjauh..menjauh..entah ke mana..hingga esok hari
Acara pun terlaksana di bawah cerahnya cuaca
Sekitar 2000 lebih pengunjung meramaikan Darbi Green Fest. hari ini

Allohu Akbar
Sujud Syukur menutup amanah ini

Ya Robb..jadikan rasa syukur kami dalam rangka taqarrub ilalloh, bukan untuk berbangga dan berpuas diri, karena sesungguhnya, masih banyak amanah lain yang masih harus kami tunaikan. Tak kan ada daya upaya melainkan atas izin-Mu Ya Ilahi..
Hanya kepada-Mulah Kami bergantung dan berserah diri…

(Spesial untuk para pimpinan dan PJ acara: Seorang pemimpin yang baik akan berkata atas keberhasilan :“Alhamdulillah, kesuksesan ini atas idzin Alloh dan kerjasama semua pihak, BUKAN karena SAYA pribadi” dan di saat belum berhasil dengan berani berkata : “ Sungguh SAYA yang paling bertanggung jawab atas semua ini”)

Wallohu’alam
Yessy ys
Menulis untuk Diri, Menulis untuk Berbagi
(catatan kecil dari Darbi Green Fest. 2010)

Jatuh Cinta..Lagi !

Siang ini, sepasang suami istri menemuiku. Mereka ingin menyampaikan pengunduran diri putranya sebagai calon siswa di sekolah kami. Sang ayah bercerita panjang lebar mengenai penyebab pengunduran diri tersebut, di saat mereka awalnya sangat bersemangat untuk bergabung bersama kami. Menurut kedua orang tua ini, si anak yang notabene adalah anak angkat mereka, akhir2 ini semakin menunjukkan "kenakalannya". mulai dari mogok sekolah, kabur dari sekolah, tidak mau ujian, nongkrong di warnet untuk main games hingga habis jutaan rupiah sampai keusilannya mengganggu teman yang berakibat komplain dari para orang tua. Mereka khawatir, kondisi yang semakin parah ini semakin tidak terkontrol di saat sekolah kami memilki jarak yang lumayan jauh dari kediaman mereka, selain kekhawatiran si anak akan merepotkan dan menyusahkan para guru dan pihak sekolah.

Giliran saya berbicara tiba:
Bapak Ibu yang baik ...Subhanalloh, Bapak Ibu luar biasa telah mengasuh seorang anak dan mencoba memberi yang terbaik dengan berniat menyekolahkan di tempat yg cukup menguras kocek Bapak/Ibu..dan biasanya ujian dari keberanian mengangkat seorang anak memang berat..

Saya melanjutkan pembicaraan saya dengan mengatakan bahwa pengunduran diri anak mereka tidak mengganggu cash flow kami, karena saat ini pun daftar tunggu siswa masih cukup sebagai pengganti. Namun saya meminta izin untuk memberi gambaran tentang komitmen kami. Saat kami berani untuk menjadi sekolah inklusi, saat itu pula kami bersiap untuk menerima semua anak dengan berbagai keunikannya. Konsekuensinya, paradigma anak adalah amanah bukan beban harus tertanam di benak kami. Tidak ada istilah merepotkan atau menyusahkan. Dan terus terang saya semakin tertantang untuk mengenalnya lebih jauh.

Berbagai cerita tentang pengalaman kami bersama anak-anak Spesial Need pun mengalir dari mulut saya, untuk meyakinkan bahwa kami menganggap mereka adalah ladang amal sekaligus ladang ilmu bagi kami bukan beban.

Singkatnya perbincangan kami selesai, ditutup dengan tawaran saya:mereka bebas untuk konseling bersama psikolog kami walau mereka tak jadi bergabung.

Usai itu saya bercerita ttng perbincangan ini dengan bbrp rekan. Salah seorang dari rekan saya berkata: Wah bagaimana Bu kalau mereka berubah pikiran?jadi memasukkan anaknya ke sini?Tidak khawatir merepotkan?Bukannya bisa mengganggu yang lain?

Saat itu saya tdk bersemangat untuk berargumen, walau di kepala saya sederet kalimat siap diluncurkan
* Hai teman, bukankah kita harus berbagi?kita hanya sedikit jatah mengasuh anak itu, sedangkan orang tuanya?
* Helloww..kalau semua sekolah berpikiran seperti ini, mau kemana mereka? bukankah mereka memilki hak yang sama?bagaimana kalau itu dialami kita?
* j3gtyxz9n 2'am3110`78/...dan segudang argumen lain yang biasa menjadi senjata saya melawan tantangan seperti ini

Tapi kali ini saya hanya berkata:
* Kiita kan sudah memiliki cukup pengalaman dan Alhamdulillah teman2 sdh membuktikannya
* Insya Alloh kalau kita bekerja dengan hati, pertolongan dan kemudahan akan datang..

Ah..tapi saya tersadarkan dengan perkataan teman tadi
Betul juga ya? kenapa saya selalu ngotot untuk masalah ini. Terlalu berani untuk memutuskan sendiri tanpa berdiskusi terlebih dulu. Bahkan acapkali mempertaruhkan reputasi dan jabatan saya untuk "hanya" memperjuangkan keberadaan mereka?

What`s wrong with you Yessy?

Saya baru `ngeh...beginilah saya jika berurusan dg "case" sejenis ini.

Sepanjang perjalanan pulang saya berpikir keras mencari jawabannya

spontan..gelap mata...emosional..egois...semuanya baik..indah..walau faktanya tidak demikian
puluhan puisi cinta bagi sahabat2 kecil specialku tak terasa tercipta dan tersimpan rapi di file pribadiku selama ini

AHA..bukankah ini tanda2 orang jatuh cinta
Rasanya aku mulai menyadari..aku mudah jatuh cinta dengan anak-anak special seperti itu

Dan...siang ini
Aku jatuh CINTA..lagi


Luv U :All my students

Spesial u/ calon siswaku...Insya Alloh yang terbaik bagimu...Alloh kan menjagamu..
salam cinta dari calon gurumu yang dirimu pun belum mengenalku..

Aku belajar dari tangis Si Emak

Sepekan yang lalu, hatiku cukup resah. Berbagai isu tak sedap beredar di telinga ini. ”tega ya..memang kalau orang kecil harus nerima”...”kita cuma orang miskin, jadi nggak bisa buat apa-apa”. Waduh..ada apa sih? Isu2 adanya kedzoliman, ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan sejenisnya bergulir perlahan namun pasti seputar akan direlokasinya kantin sekolah. Sebagai orang yang dianggap sebagai decision maker, jelas akulah tertuduh utamnya. Astaghfirulloh, kenapa jadi heboh seperti ini. Sepanjang pekan itu aku berusaha tabayyun dg mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber yang terkait agar akar masalahnya dapat diketahui.

Tibalah saatnya kemarin aku memanggil beberapa orang yang kupikir paling tahu bagaimana kesimpangsiuran ini berawal dan berkembang. Sang koordinator kantin dan 2 orang penyewa kantin (Mba Siti dan Emak). Aku minta Sang koordinator menceritakan apa yang sebenarnya ia sampaikan ke para penyewa sehingga mereka menyimpulkan demikian. Ternyata sang koordinator menyampaikan sesuatu yang sesuai dengan apa yg memang merupakan hasil musyawarah kami tentang relokasi kantin, dan tidak dibantah para penyewa tersebut keterangan darinya. Lalu kenapa bisa ada isu seperti ini tanyaku?

Ternyata semua berawal dari tangis si emak.
Suatu hari salah seorang wali murid berbelanja di kantin, sambil bertegur sapa dan ngobrol bersama emak, meluncurlah secara spontan cerita emak ” Iya Bu..mungkin emak nggak bisa ketemu lagi sama ibu”kata emak sambil terisak. ”Kenapa Mak, emang emak mau kemana?” tanya si wali murid. ” Emak udah nggak boleh dagang lagi di sini, namanya juga orang kecil. Mana anak emak masih sekolah, nggak tahu deh gimana cara ngasih ongkosnya” lanjut emak sambil terus menagis tersedu-sedu. Singkatnya..tangis emak ini membuat si ibu otm terenyuh dan bercerita kembali kepada para ibu lainnya. Mereka pun berdatangan kepada penyewa kantin.. entah persisnya seperti apa. Semakin bersemangatlah para ibu untk menyuarakan nasib mereka. Alhasil nada-nada prihatin dan protes itulah yang kudengar sepekan lalu.

”Kenapa emak nangis kan nggak ada yang usir emak, ?” kataku..”Emak bingung aja mau dipindahin berarti uangnya nambah, emak nggak punya uang.” katanya. Loh tiap hari emak lihat saya, ketemu saya, kenapa nggak tanya dulu sama saya kalau bingung.? lanjutku. Kata emak ”Nggak berani ngomong ama orang penggede” masih sambil nangis. Ya Alloh Mak..mentang2 badan saya gede dibilang penggede..emak-emak..(masih ada ya hari gini istilah itu..Mak..saya mah gede badan doang..lain2nya nggak ada beda sama emak..eiit..ada..masih cantikan saya mak, karena emak sdh tua hhe)

Saya coba mengulas kembali tentang latar belakang kebijakan tersebut ditawarkan. Selama ini orang tua sudah protes tentang kondisi kantin sekolah yang dianggap tak sesuai dengan ”kelas” sekolah anak mereka. Sebenarnya sejak 2 tahun lalu kami mencoba untuk merelokasi. Namun selain kendala biaya (paling tidak 50 juta harus dianggarkan dan yang lebih berat adalah biaya sewa yang tentu akan naik secara signifikan. Namun seiring dg jumlah siswa dan karyawan yang saat ini mencapai 1000 jiwa, kondisi ini sudah tak mungkin kami pertahankan. Relokasi sementara di tempat yang lebih representatif sudah disiapkan. Untuk pengelolaan yg lebih efektif kami menunjuk seorang PJ Kantin dari salah satu orang tua siswa yang akan mengkoordinir para penyewa lainnya, selain seorang koordinator kantin dari sekolah yang sudah ada sebelumnya. Namun karena berita tak sedap pun terdengar hingga ke telinga si PJ ini, beliau khawatir keberadaannya menjadi masalah. Akhirnya kami memutuskan untuk menerapakan pola yang sama seperti sebelumnya yaitu, para penyewa berjualan secara mandiri dan bebas namun halal dan thoyib, yang berbeda hanya pembanyaran yang ”kesannnya lebih mahal” karena dibayar di muka/tahunnya, sebelumnya perbulan. Itu pun mereka dapat mengambil fasilitas koperasi untuk melakukan peminjaman untuk pelunasannya. Uang sewa 2 juta/tahun/lapak (hanya di buka 4 lapak) sebenarna tak kan cukup untuk sekedar mengembalikan modal pembangunan kantin, disaat banyak para penyewa lainnya yang berani memberi harga jauh lebih tinggi. Namun kami mencoba berkomitmen untuk mendahulukan keberkahan dibanding sekedar bicara untung rugi. Emak dan Mba Siti sudah kami anggap keluarga sendiri yang selama ini sudah cukup kooperatif bekerja sama dengan kami. Panjang lebar aku coba jelaskan ini semua dengan menggunakan bahasa sederhana dan sedikit ”nyablak” (betawi depok) agar mereka bisa memahami. ” Gimana Mak..Mba..dah ngerti sekarang?” tanyaku. ”Iya Bu..emak seneng banget.” jawab emak sambil menangis lagi ”makasih Bu..makasi”.

Terakhir satu permintaanku ku kepada Emak. ”Mak..tolong bantu saya ya..berita inikan dah nyebar kemana-mana di orang tua. Tolong, kalau Emak ketemu mereka lagi, jelasin lagi yaak..nyang sebenarnya. Saya khawatir, ibarat si Siti nih (penyewa kantin yg msh muda) sama Si Yayah (salah seorang anak emak) berantem, trus mereka dah baekkan..ehh emak sama emaknya Siti masih berantem, kan nggak lucu ya Mak? Nanti emak dah seneng, kita dah baek-baek aja eh..orang tua masih marah sama kita” belum selesai saya bicara tiba –tiba Si emak nyeletuk sambil mengahadap ke arah Mbak Siti..” Jadi Siti lagi berantem sama si Yayah? Tanya emak penuh khawatir.

Ya Alloh.. Mak....
Tak tahan kami semua untuk tidak tertawa....
Emak..emak...gimana mau marah kalau begini..pantes isu bisa terjadi...
Maaf ya Mak..seharusnya memang orang seusia emak sudah istirahat menikmati masa tuanya dengan bahagia, tidak harus dipusingkan dengan mencari uang lagi...

Akhirnya saya katakan” Mak..begini aja, emak senangkan disini?” emak mengangguk pasti ”Kalau ada yang tanya lagi, pokoknya emak cukup bilang SENANG, kalau masih tanya lagi, bilang tanya aja Bu Yessy kenapa saya senang, gitu ya Mak.” Ahh Emak..biarlah isu itu akan hilang dengan sendirinya sering waktu bergulir. Emak nggak usah repot klarifikasi. Saya percaya apapun itu, pasti ada hikmah dan yang terbaik yang Alloh berikan untukku dan sekolah.

Tangis emak semakin deras saat menyalamiku pulang...”Sudah Mak..ntar disangka saya abis mukulin emak, hhe”selorohku menghantar emak ke pintu.
Makasih ya Mak..saya belajar banyak dari Emak.

Menulis Untuk Diri Menulis Untuk Berbagi
Bunda Yes

Dengan BASMALAH..Kami persembahkan Hadiah BESAR..untukmu Anakku..di Miladmu ke-11..Qibty Almayra Aflah Lahfana

Mungkin utk sebagian ortu hadiah HP dengan harga sejutaan adalah hal biasa, sebagian lainnya hal luar biasa atau bahkan tidak biasa. Bagiku dan suami, bukan harga yang menjadi BESAR, namun dampak dari HP itulah yang BESAR bagi kami untuk memutuskan, layakkah buah hati kami yang beranjak ABG memilikinya?



The reason

Selama ini sebagai seorang pendidik menangani kasus para siswa akibat korban teknologi membuatku extra hati2 mengamanahkannya pada buah hatiku sendiri. Bukan karena tak percaya, namun kami sadar usia belasan adalah masa penuh keingintahuan dalam keterbatasan.



The reason

Teknologi seperti pedang bermata dua. Banyak manfaat namun tidak sedikit mudharatnya. Kemampuan Kaka menggunakan teknologi di usianya yang belia mengalahkan Kami ortunya. Ia sangat cepat mengadopsi sesuatu yang baru dr tekhnologi. Sedikit saja salah melangkah, lepas dari bimbingan kami, bukan tidak mungkin mudharatnya menjadi dominan dibanding manfaatnya.



The reason

Kami berharap buah hati kami tidak terjebak pada gaya hidup konsumtif, bermegah-megahan, bergaya borju dan menghambur-hamburkan dan tidak menghargai nilai uang, dengan menuruti kemauannya memilki sesuatu dengan hanya mempertimbangkan asesoris bukan fungsi.





Sebulan lebih kami berdiskusi, berdebat, merenung untuk akhirnya memutuskan...

Bismilah..Kami persembahkan Nokia C3 Pink itu untukmu anakku.....



Why?

Perjuangan Kaka untuk meraih mimpi itu yang membuat kami tersentuh. Sepanjang bulan Ramadhan, tanpa motivasi berarti apalagi instruksi, Kaka menggenapkan shoumnya selama 30 hari walau dalam kondisi kurang sehat. Mengkhatamkan Alqur'an kurang dari 20 hari. Kaka pun meyempurnakan ibadahnya dengan shoum syawal 6 Hari sendiri..bangun sendiri..masak sendiri...(Kami memang sengaja tdk menemani apalagi melayani, selain uzur kondisi, kami berharap Kaka mengurungkan niat shoumnya, Kami tak tega melihat Kaka yang berpostur tubuh bak super model alias super langsing itu dan kondisi sakit maag shoum sunnah:-). Astaghfirulloh..maafkan kami Nak..Mudah2an pahalanya menjadi investasi bagimu dan kami anakku, di saat belum sampai waktu Baligh bagimu. Dan yang lebih mengharukan, saat Kaka kehilangan dompet berserta isinya yang merupakan hadiah angpau dari berbagai pihak ba'da Idul Fitri, ia hanya pasrah ;( Tanpa berkeluh kesah apalagi menangis. Padahal itulah satu2nya uang yg ia harapkan mampu mewujudkan mimpinya.



Why?

Tanda-tanda kedewasaan berpikir Kaka sudah mulai tampak. Kaka tak pernah membujuk apalagi merajuk u. mendapatkan keinginannya. Sesekali saja ia menyampaikan keinginan memilki HP tersebut dengan nada santai sambil tersenyum. Seingatku, ia sudah membuktikan hanya meminta jika memang ia BUTUH bukan karena sekedar INGIN. Berapa kali kami membelikan sesuatu utk dua adiknya, ia tidak pernah iri atau membandingkan kenapa aku lebih sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Acapkali ia menolak dibelikan sesuatu karena merasa tidak perlu, walau untuk ukuran anak seusianya, tawaran2 kami cukup menggiurkan.



Why?

Bebagai komitmen Kaka jika memilki HP itu; sholat lima waktu, shoum sunnah, muroja'ah dan tadarus qur'an (yang sdh dibuktikannya bbrp bulan terakhir ini),tidak mengenyut lagi (yg masih menjadi kebiasaan spontannya), bersedia makan secara rutin, tetap serius belajar apalagi menjelang UN Sekolah Dasar dan terbuka untuk berbagi dan curhat kepada kami dalam masalah apa pun. (hmmm..panjangkan MOUnya)



Why?

Ini adalah The Real HP Kaka pertama, sebelumnya ia hanya dipinjamkan HP lungsuran Bunda yang lebih lama di chargenya daripada bertahan hidupnya. Budget pulsa pun hanya cukup utk sekedar sms.



Why?

11 Tahun di zaman Rosul adalah usia yang cukup untuk di beri kepercayaan dan amanah. Insya Alloh, di usia inilah kami mencoba memberi kepercayaan lebih. Kami berharap, Kaka mampu menjaga amanah dan kepercayaan Ayah Bunda. Kami percaya, Kaka mampu memanfaatkan tekhnologi itu untuk mencerdaskan diri, menjalin silaturahmi, menebar kebaikan dan beramal sholeh, bukan sebaliknya.



Why

This is Her Day... Tahaaddu..Tahaabbu..(Al Hadits). Sunnah memberi hadiah diharapkan semakin menumbuhkan kasih sayang. Hadiah yang dipersembahkan di moment yang baik dan merupakan reward atas azzam yang kuat, secara psikologis akan berdampak positif dibandingkan hadiah yang diberikan tanpa alasan dan usaha yang sungguh-sungguh.



Happy Birthday My Girl...Wish 4JJI gives U all The best..Fidunnya wal Akhiraat...Amiin



Ya Robbul Izzati..bantu Kami selalu menjaga amanahmu

Ridhoi Hadiah BESAR ini menjadi BESAR pula BagiMu



Doa dan Sayang Kami selalu

Ayah Bunda



Menulis Untuk Diri Menulis Untuk Berbagi

Bunda Yes

Sungguh..Matematika Tak Berguna ! (Just MyLittleNote from Mystudents)

Muridku ini sangat cerdas. Di usianya yang baru tujuh tahun, ia sudah lancar berbahasa Inggris tanpa kursus dan bukan turunan bule. Pengetahuan umumnya luar biasa. Mungkin karena hobi membacanya ia jadi lancar berbahasa dan luas pengetahuannya. Banyak hal yang aku belum tahu, ia sudah tahu. Lalu, kenapanya ia selalu mendapat nilai jelek untuk matematika? hmmm...ada yang aneh..



Di kelas dua, nilai matematikanya lumayan berubah,lebih baik, walau masih di bawah rata-rata kelasnya. Aku tanya ke pak gurunya. Ternyata Pak guru selalu memberi pendampingan khusus saat ulangan matematika. Dengan penuh kasih sayang dan kesabaran pak guru menemaninya sambil menghiburnya dengan senandung merdu dari mulut pak guru. Wah..sepertinya ini tidak mungkin aku lakukan.



Terus terang aku penasaran. Feelingku mengatakan anak ini bukannya tak bisa tapi...apa ya...walau ia selalu mengatakan...Aku nggak bisa bu...susah..katanya tiap kali aku sodorkan soal matematika padanya...



Suatu ketika, akhirnya jawaban itu keluar juga..AKU NGGAK SUKA..

Eureka...penyebabnya karena TAK SUKA...bukan TAK BISA...



Suatu hari aku mengajaknya berbincang bak teman. Aku berusaha mencari tahu, apa yang menyebabkan ia tak menyukai matematika. Amazing...sungguh cerdas ”Ibu..matematika itu tidak asyik..tidak berkembang..tak ada gunanya..dari dulu 1+1 ya = 2, nggak pernah berubah, untuk apa dipelajari, mending aku baca buku bu...”curhatnya

Subhanalloh...ini dia biang keladinya..paradigmanya itu yang membekukan otak kirinya.



Di sebuah Negeri yang kaya berdiamlah seorang raja yang sedang gundah gulana. Pasalnya, Sang raja menginginkan jubah kebesarannya yang baru, namun sayangnya penjahit istana sedang sakit. Singkatnya, sang raja pun membuat sayembara kepada seluruh anak negeri.”Barangsiapa yang dapat membuatkan jubah raja, maka ia akan mendapatkan hadiah sekantung uang emas” begitu isi sayembara tersebut. Berbondong-bondong para penjahit di pelosok negeri mencoba peruntungan.



Selang beberapa hari kemudian, satu per satu penjahit menghadap raja untuk menunjukkan karyanya. Orang pertama gagal, jubah itu tak masuk ke badan raja, ia pun dimasukkan ke penjara. Orang kedua gagal pula, jubah itu kebesaran, Orang ketiga hingga ke enam juga demikian, gagal dan masuk penjara. Tiba giliran orang ketujuh., dengan tenang ia mempersilahkan raja mencoba jubah buatannya. Ternyata, betul-betul pas. Raja sangat gembira, ia pun memberi hadiah yang ia janjikan.



”Kamu tahu nak? Mengapa ia berhasil sedangkan enam penjahit lainnya gagal?” Tanyaku padanya. Pundaknya diangkat, bibirnya tertarik ke samping, matanya mengernyit sebagai jawabannya. ”Enam orang penjahit yang pertama, mengukur badan Sang raja dengan alat ukur tidak standar, ada yang menggunakan jengkal tangannya, ada yang menggunakan kayu potongan, ada yang hanya mengira-ngira saja. Sedangkan penjahit ketujuh, mengukur dengan meteran, alat ukur jahit yang sudah pasti ukurannya” jelasku. ”Kok?” Tanyanya. ”Enam penjahit pertama belum belajar matematika nak, makanya mereka tidak tahu ukuran yang benar, jawabku sambil menatap matanya. Alis matanya terangkat, bibirnya tertarik ke samping kanan dan kiri, matanya berbinar penuh makna...



Yang kuingat setelah itu, angka 8 tertoreh di rapot semester genap kelas tiganya...



It's just MyLittleNote from mystudents...

(mylittlenote yang kutorehkan sekitar 10 tahun silam saat aku mengajar di kelas tiga SD, waktu itu materi yang harus kuajarkan mengenai ukuran)



Ada beberapa hal yang coba kuambil dari kisah ini:

1. Setiap anak pasti punya alasan, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tugas pendidik (ortu, guru) untuk berusaha menggalinya, karena permasalahan akan bisa diselesaikan jika kita mampu memahami akar permasalahan sebenarnya.

2. Kemampuan otak manusia mampu secara optimal berkembang jika menerima sesuatu yang BERMAKNA. Pada kenyataannya, anak-anak lebih banyak dijejalkan berbagai mata pelajaran yang wajib mereka ingat dan hapal tanpa perlu tahu memahami mengapa mereka harus melakukannya. Anak-anak dipaksa belajar berhitung bak kalkulator, tanpa mereka tahu untuk apa?Mengapa?Jadi teringat, di kelas yang sama, aku mengajar seorang anak pindahan dari Australia. Ia mengeluh tentang pelajaran Math yang tak mampu ia kerjakan. Di Ausi, ia baru saja memahami konsep penjumlahan, di Indonesia, pada level yang sama ia sudah harus menghitung penjumlahan bersusun-susun. Tapi yang menarik, pemahaman soal cerita mengenai penjumlahan yang aku berikan dengan mudah ia kerjakan, sedangkan seorang muridku lainnya,yang secara intensif mengikuti les "hitung cepat" acapkali tak mampu memahami soal cerita. Di usia yang seharusnya pemahaman konsep menjadi fondasi berpikir, sudah terganggu dengan pemikiran "short cut" yang biasanya diajarkan pada lembaga-lembaga bimbingan belajar. Alhasil, anak-anak memang jago mengerjakan soal untuk ujian atau lomba tapi tak berhasil mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka, hingga seusia kita (seperti kita?). Wallohu'alam.





Menulis Untuk Diri Menulis Untuk Berbagi

Bunda Yes

Teori Multiple Intellegences terinspirasi dari Hadist Rosul ?

”Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberikan nama yang baik, mendidik ( perilaku yang baik ), mengajarkan berenang, memanah, berkuda, memberi makan dengan makanan yang baik serta menikahkan apabila telah dewasa”. ( H.R. Hakim ).

Jika dikaji lebih dalam, hadits ini akan mengispirasi kita untuk mendidik anak dengan pendekatan yang tidak jauh berbeda dengan teori kecerdasan majemuk (MI) yang tawarkan Gadnerd. Atau mungkin Gardner telah lebih dapat menjadikan Muhammad inspirator baginya dibanding muslim sendiri? Wallohu’alam.



Orang tua atau pendidik pertama-tama diminta untuk menstimulus kecerdasan diri (self smart) terlebih dahulu. Memberinya nama sebagai identitas diri menjadi tonggak awal seorang manusia untuk mulai mengenal dan memahami dirinya sendiri. Melalui pengenalan diri ini, ia akan mampu mengetahui kekuatan dan keterbatasan yang ada pada dirinya. Seorang anak yang cerdas diri dapat mengendalikan dirinya, khususnya dalam situasi konflik. Setelah mampu mengenal diri, aspek afektif dalam pendidikan juga menjadi prioritas dalam hadist ini dengan menekankan kepada terbentuknya perilaku yang baik atau pembangunan karekter (Character Building). Akhlakul karimah seharusnya menjadi ciri seorang muslim yang tampak dalam kesehariannya.



Muslim yang kuat lebih baik dari muslim yang lemah. Hadist ini seringkali dikutip untuk mengingatkan akan pentingnya menjaga jasmani kita selain sisi ruhani. Hal ini sejalan dengan kewajiban orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang. Saat berenang seluruh anggota psikomotor difungsikan secara optimal. Mulai dari kepala sampai kaki bekerja bersama. Karenanya berenang dapat dijadikan simbol latihan fisik yang dimaksudkan untuk melatih kecerdasan tubuh (body smart). Mengembangkan kecerdasan tubuh atau kinestetik pada anak akan melatihnya terampil dalam mendayagunakan anggota tubuhnya untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan kemampuan menerima rangsangan atau merespon sentuhan (tactile dan haptic).



Dahulu memanah adalah salah satu keahlian yang harus dimiliki untuk berburu atau berperang. Saat ini memanah dikenal sebagai salah satu cabang olahraga. Untuk dapat memanah tepat sasaran, seorang pemanah harus mampu menghitung jarak, posisi sasaran sekaligus menyeimbangkan dengan arah dan kecepatan angin yang datang. Keberhasilan mengenai sasaran dibutuhkan kecerdasan matematis logis yang di antaranya melalui proses penghitungan, prediksi dan analisa yang tepat. Kemampuan menghitung, memprediksi dan menganalisa inilah yang dalam kecerdasan logika (logic smart) dibentuk dan diasah. Bidang studi matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan untuk melatih kecerdasan angka anak. Bidang studi lain yang menuntut kemampuan logika berpikir dan nalar yang benar, sepeti sains termasuk pembelajaran yang bertujuan mencerdaskan logika anak.



Sekilas berkuda juga dapat dimaknai sebagai aktivitas berolahraga. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, berkuda tidak sekedar olahraga biasa namun boleh jadi isyarat yang disampaikan hadit ini untuk mengkaji lebih jauh kecerdasan natural (nature smart). Untuk dapat melakukan olahraga berkuda, selain keahlian diri dalam menjaga keseimbangan, kemampuan mengenal medan yang akan dilalui juga menjadi bagian dari kemampuan yang mesti dimiliki. Kemampuan lainnya yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk dapat menjinakkan kuda yang akan ditunggangi. Kemampuan untuk dapat mengenal medan atau lingkungan sekitar dan hidup berdampingan dengan makhluk Alloh lainnya merupakan bagian dari kecerdasan alam yang diharapkan mulai dilihat sebagai sebuah potensi diri yang berguna bagi kehidupan manusia.



Kecerdasan sosial (people smart) direpresentasikan dalam sabda Rosul tersebut di atas melalui pernikahan. Pernikahan sebagai sebuah wadah sosial untuk saling mengenal orang lain. Bukan sekedar mengenal pasangannya, namun keluarga, kerabat maupun orang sekitarnya. Melalui pernikahan akan lahirlah sebuah keluarga sebagai sebuah komunitas terkecil yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya masyarakat. Tidak akan terbina sebuah keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah tanpa memiliki kecerdasan bersosialisasi dengan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan sosial yang terasah akan mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan pertemanan, dapat bekerja sama serta mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah aku dan keinginan orang lain.

Semua kecerdasan di atas disempurnakan dengan perhatian Rosul pada aspek biologis yang juga menjadi bagian penting dari tercapainya keberhasilan pendidikan anak.



Makanan adalah nutrisi yang menentukan berkembangnya kecerdasan anak. Ahli gizi sudah demikian detil mengklasifikasi makanan yang sehat dan bergizi bagi anak disesuaikan dengan usianya. Islam mewajibkan kita memperhatikan apa yang kita makan dengan batasan sederhana namun bermakna yaitu; halal dan thoyib. Apa yang dimakan akan menjadi penentu kebersihan jasmani dan ruhani manusia. Betapa pentingnya aspek biologis ini, hingga salah satu surat dalam Al Qur’an pun bertajuk Makanan. Makanan yang tidak halal dan thoyib pun berdasarkan hasil riset menjadi sumber utama penyebab berbagai penyakit.



Ketika dalam hadis ini Rosul menyerukan untuk mendidik seorang anak di berbagai bidang, sejatinya ini dapat dimaknai sebagai isyarat dari Rosul bahwa yang dibutuhkan seorang anak yang notabene adalah manusia, bukan hanya kecerdasan di satu sisi –dalam hal ini kogintif saja- namun mengarahkan kita, bahwa setiap anak mempunyai beberapa kecerdasan yang harus digali dan dikembangkan sekaligus mengakui dan menghargai keunikan setiap anak yang memilki kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Dan tugas manusia selanjutnya pula untuk terus menggali jenis kecerdasan lainnya yang merupakan potensi manusia yang patut untuk di ketahui dan optimalkan pengembangan dan pemanfaatannya.



Subhanalloh…



Tentu sebagai insan pendidikan maupun orang tua yang sedang memegang amanah “luar biasa” berupa anak manusia yang menanti sentuhan pendidikan melalui tangan-tangan kita, sungguh tak ada alasan lagi rasanya untuk tidak bersegera membuka tangan kita lebar-lebar. Menghargai mereka dengan berbagai keunikannya. Memfasilitasi kebutuhan mereka yang mungkin berbeda. Membantu mereka menjadi diri mereka sendiri yang berujung pada kesanggupannya memegang amanah untuk menjadi khalifah di bumi ini.





Mudah-mudahan sekolah tempat anak kita belajar bukanlah sekolah robot yang disinggung Munif Chatib dalam buku terbarunya Sekolah Manusia. Tidak pula kalah dari sekolah monyet yang ada di Thailand (seperti yg diceritakan ayahedy), sekolah hewan yang mungkin lebih manusiawi dari sekolah manusia itu sendiri. Sebuah sekolah binatang yang dibangun dengan memperhatikan dan peduli terhadap keunikan tiap-tiap ‘individu’ monyet. Sekolah yang didisain senyaman mungkin untuk para monyet, baik bangunan fisik maupun kurikulumnya. Hati sebagai dasar dalam mendidik para monyet, sehingga si monyet merasakan kasih sayang dari para gurunya. Dan yang mengagumkan, sekolah ini menekankan kepada pentingnya pembenahan kebiasaan buruk yang terjadi pada monyet, seperti kecanduan merokok, yang diakibatkan kebiasan manusia membuang puntung rokok sembarangan dan terambil oleh mereka.



Al akhiir...

Sebagai umatnya, sudahkah kita mengamalkan Sabda Rosul tersebut?



Menulis untuk diri Menulis untuk berbagi

Bunda Yes

Do’a untuk orang tua, sebuah permohonan Hamba & peringatan Robbnya

Robbigfirli wali waali dayya warhamhuma kamaa robba yaani shogiiro (Ya Robbi..ampunilah dosa kedua orang tuaku SEBAGAIMANA mereka menyayangiku di waktu kecil)

Saatku mempersembahkan do’a itu untuk kedua orang tua, teringat bagaimana kasih sayang yang masih terasa hingga saat ini, membuatku berharap lebih, Ilahi membalasnya.

Jika ku coba mengingat, yang teringat pada saat ini hanyalah, Mama pernah sekali memukul pahaku dengan tangannya yang lembut, pun tanpa tenaga yang berarti. Aku lupa, kenapa ya? Tapi mengingat kenakalan kecilku dulu, pasti ada seribu satu alasan baginya.

Teringat Papa yang hanya menakutiku dengan ujung jari jempol di tas telunjuk dan membiarkan tiga jari lainnya terangkat, untuk sekedar menakutiku, agar aku tak nakal lagi.

Tak banyak kemarahan Mama Papa yang aku bisa kuingat. Ini berarti tak ada trauma yang mendalam dalam diriku. Mungkin bukan hanya kemarahan mereka yang tak seberapa, tapi boleh jadi karena tak ada emosi yang menyertai kemarahan mereka dan hanya aura kasih sayang yang kurasa.

Semakin ku bersemangat melantunkan do’a itu, berharap sepenuh jiwa Sang Khalik memberi kasih sayang-Nya sebesar kasih sayang mereka yang kurasa hingga kini.

Saat Ku membaca do’a itu..
Membayangkan anak-anakku membacanya pula bagiku
Berharap, do’a itu menjadi pembuka jalanku berjumpa dengan-Nya, karena lantunan do’a dari anak yang sholeh sebagai kuncinya.
Namun…
Seiring asa mengalir semburat khawatir membayangi
Apakah anak-anakku mendapatkan kasih sayang dariku 100%?Sehingga 100% pula akan kembali untukku?
Astaghfirulloh…
Ampuni hamba Ya Ilahi..
Subhanalloh
Maha Suci Engkau yang mengingatkanku untuk senantiasa menumpahkan kasih sayang untuk buah hatiku di masa keemasannya. Kasih sayang yang akan menyempurnakan tumbuh kembangnya dan menghantarkannya menjadi manusia yang mulia.
Khawatirku bukan sekedar ku takut balasan setimpal atas apa yang kulakukan pada mereka.
Khawatirku
Apakah ku abai dengan peringatan-Mu yang tersirat dalam do’a itu?
Robbighfirlii…

Menulis untuk Diri Menulis untuk Berbagi (Bunda Yes)

(2 Hari Lagi...Insya Alloh diberi kemudahan) BerQurban..Sunnah atau Wajibkah?

Membaca tentang Yu Timah, dhuafa penerima BLT yg u/ kebutuhan sehari-hari saja sulit namun mampu menyisihkan sebagian hartanya yg tak seberapa itu u/ berqurban seekor kambing...Subhanalloh, menetes air mata haru bercampur malu.



Teringat 6 th silam. Waktu itu kami hendak Sholat Idul Adha. Saat suamiku hendak memindahkan mobil, tiba2 saja mobil meluncur kencang di turunan..tak terkendali, menyerempet sepeda yg sedang ditenteng pemiliknya, hampir menabrak serombongan jamaah yg sdng berjalan dan akhirnya berhenti setelah menabrak sebuah mobil yg baru saja diparkir.



Dari kejadian itu ada satu hal yang menjadi cambuk bagiku. Ibuku yang kala itu ikut bersamaku bertanya, "Bun...kamu sudah beli kambing untuk Qurban?"

Astaghfirullohal'adhiim..

Aku memang ragu u/ berqurban karena kondisi keuangan yg terbatas pada saat itu (menurut versi nafsu kemanusianku). Padahal, akhirnya aku mengeluarkan uang senilai satu ekor sapi untuk mengganti kerusakan kendaraan yang aku tabrak dan belum termasuk kendaraanku.

Astaghfirullohal'adhimm...



Sejak itu, aku meWAJIBkan Qurban bagi diriku. Dari seekor kambing..2 ekor..3 ekor..hingga..seekor sapi (Subhanalloh..Janji Alloh..rizki itu senantiasa mengalir tak terduga)



Pagi ini, aku kembali mendapatkan pencerahan tentang ibadah Qurban dari seorang Ustadz yang memberi tausiyah di acara Tarhib Qurban di sekolahku. Beliau menjelaskan, Qurban tidak dapat di hukum wajib, walau beberapa hadist yang berkenaan dg Qurban sangat keras perintah dan konsekuensi pengabaiannya. Kewajiban yang tak dapat didebat adalah segala sesuatu yang termaktub di rukun Islam, selebihnya tidak. Namun, karena perintah dan konsekuensi yang sangat keras, jumhur ulama menkategorikannya ke dalam Sunnah Muakadah (sunnah yang hampir mendekati wajib(terjemahan bebasku))



Sejenak, aku tergoda untuk mempertimbangkan keWAJIBan diriku atas Qurban...hmm..(A'udzubillahiminnasyaitonirrojiim)



Namun, penjelasan lainnya dari Ustadz mengenai esensi berqurban, kembali menguatkanku. Qurban adalah simbol kebersediaan seorang hamba mengorbankan diri di hadapan Robbnya. Dan berqurban hewan hanyalah simbol pengorbanan yang minimalis. Jika yang paling minim saja aku tak mampu , bagaimana mungkin aku bermimpi berjihad yang lebih besar dari itu...hanya harta yang tak "seberapa" bukan nyawa.



Masih jauh rasanya dari pengorbanan Ibrahim dan Hadjar yang ikhlas berqurban anaknya yang ia nanti kelahirannya bertahun-tahun.



Bahkan belumlah sebanding dengan pengorbanan seorang Yu Timah, seorang wanita desa yang bersahaja.



Aku mencoba memberi indikator "orang yang diberi kelapangan" yang ada di hadist ttng Qurban.

Aku wajib berqurban seekor kambing tiap tahunnya jika;

Aku msh mampu mempunyai budget khusus sesuatu yg tidak membuatku lapar karenanya dan dari itu, aku sanggup menyisihkannya. Budget tsb cukup (pulsa+bedak+jajan+internet+dll ) di potong sedikit saja hingga mencapai 100 rb/bln. 12 bulan, cukuplah membeli seekor kambing. Jika lebih besar lagi budget kebutuhan spesialku, tentu kambingnya harus berkali lipat.



Itu Azzamku...Laahaula wala quwwata illa billah...



Menulis Untuk Diri Menulis Untuk Berbagi

Bunda Yes