Sunday, June 12, 2016

Monday, March 23, 2015

Kecerdasan Majemuk


kecerdasan majemuk Muhammad SAW Inspirator Kecerdasan Majemuk (Seri:menilik perjalanan hidup Rosul melalui persepsi dunia pendidikan.) Dalam artikel sebelumnya yang berjudul Sekolah Inovatif , sempat disinggung mengenai pentingnya memahami teori kecerdasan majemuk yang konsep awalnya diungkapkan oleh Howard Gardner, Co-Director of Project Zero dan seorang Profesor pendidikan di Harvard University. Teori pendidikan yang pada saat ini ramai dibahas, dikupas dan coba untuk diimplementasikan dalam dunia pendidikan. Sebuah teori yang memberikan pencerahan bagi dunia pendidikan, khususnya di tanah air untuk melakukan reformasi pendidikan yang sudah terjebak pada pendidikan manusia yang belum mampu memanusiakan manusianya. Tapi tahukah kita, bahwa 14 abad yang silam, Muhammad SAW telah mengingatkan kita untuk mendidik seorang anak manusia dengan memperhatikan berbagai aspek kemanusian itu sendiri. Perhatikanlah hadist berikut ini: ”Kewajiban orang tua kepada anaknya adalah memberikan nama yang baik, mendidik ( perilaku yang baik ), mengajarkan berenang, memanah, berkuda, memberi makan dengan makanan yang baik serta menikahkan apabila telah dewasa”. ( H.R. Hakim ). Jika dikaji lebih dalam, hadits ini akan mengispirasi kita untuk mendidik anak dengan pendekaan yang tidak jauh berbeda dengan teori kecerdasan majemuk yang tawarkan Gadnerd. Atau mungkin Gardner telah lebih dapat menjadikan Muhammad inspirator baginya dibanding muslim sendiri? Wallohu’alam. Orang tua atau pendidik pertama-tama diminta untuk menstimulus kecerdasan diri (self smart) terlebih dahulu. Memberinya nama sebagai identitas diri menjadi tonggak awal seorang manusia untuk mulai mengenal dan memahami dirinya sendiri. Melalui pengenalan diri ini, ia akan mampu mengetahui kekuatan dan keterbatasan yang ada pada dirinya. Seorang anak yang cerdas diri dapat mengendalikan dirinya, khususnya dalam situasi konflik. Dalam kurikulum sekolah, tema Aku umumnya menjadi tema pertama yang disuguhkan di kelas. Melalui tema ini diharapkan siswa belajar mengenal dirinya sendiri sebelum belajar hal lainnya. Setelah mampu mengenal diri, aspek afektif dalam pendidikan juga menjadi prioritas dalam hadist ini dengan menekankan kepada terbentuknya perilaku yang baik atau pembangunan karekter (Character Building). Akhlakul karimah seharusnya menjadi ciri seorang muslim yang tampak dalam kesehariannya. Muslim yang kuat lebih baik dari muslim yang lemah. Hadist ini seringkali dikutip untuk mengingatkan akan pentingnya menjaga jasmani kita selain sisi ruhani. Hal ini sejalan dengan kewajiban orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang. Saat berenang seluruh anggota psikomotor difungsikan secara optimal. Mulai dari kepala sampai kaki bekerja bersama. Karenanya berenang dapat dijadikan simbol latihan fisik yang dimaksudkan untuk melatih kecerdasan tubuh (body smart). Mengembangkan kecerdasan tubuh atau kinestetik pada anak akan melatihnya terampil dalam mendayagunakan anggota tubuhnya untuk menciptakan atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik seperti koordinasi, keseimbangan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan kemampuan menerima rangsangan atau merespon sentuhan (tactile dan haptic). Dahulu memanah adalah salah satu keahlian yang harus dimiliki untuk berburu atau berperang. Saat ini memanah dikenal sebagai salah satu cabang olahraga. Untuk dapat memanah tepat sasaran, seorang pemanah harus mampu menghitung jarak, posisi sasaran sekaligus menyeimbangkan dengan arah dan kecepatan angin yang datang. Keberhasilan mengenai sasaran dibutuhkan kecerdasan matematis logis yang di antaranya melalui proses penghitungan, prediksi dan analisa yang tepat. Kemampuan menghitung, memprediksi dan menganalisa inilah yang dalam kecerdasan logika (logic smart) dibentuk dan diasah. Bidang studi matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan untuk melatih kecerdasan angka anak. Bidang studi lain yang menuntut kemampuan logika berpikir dan nalar yang benar, sepeti sains termasuk pembelajaran yang bertujuan mencerdaskan logika anak. Sekilas berkuda juga dapat dimaknai sebagai aktivitas berolahraga. Namun, jika ditelusuri lebih dalam, berkuda tidak sekedar olahraga biasa namun boleh jadi isyarat yang disampaikan hadit ini untuk mengkaji lebih jauh kecerdasan natural (nature smart). Untuk dapat melakukan olahraga berkuda, selain keahlian diri dalam menjaga keseimbangan, kemampuan mengenal medan yang akan dilalui juga menjadi bagian dari kemampuan yang mesti dimiliki. Kemampuan lainnya yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk dapat menjinakkan kuda yang akan ditunggangi. Kemampuan untuk dapat mengenal medan atau lingkungan sekitar dan hidup berdampingan dengan makhluk Alloh lainnya merupakan bagian dari kecerdasan alam yang diharapkan mulai dilihat sebagai sebuah potensi diri yang berguna bagi kehidupan manusia. Kecerdasan sosial (people smart) direpresentasikan dalam sabda Rosul tersebut di atas melalui pernikahan. Pernikahan sebagai sebuah wadah sosial untuk saling mengenal orang lain. Bukan sekedar mengenal pasangannya, namun keluarga, kerabat maupun orang sekitarnya. Melalui pernikahan akan lahirlah sebuah keluarga sebagai sebuah komunitas terkecil yang menjadi cikal bakal dari terbentuknya masyarakat. Tidak akan terbina sebuah keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah tanpa memiliki kecerdasan bersosialisasi dengan orang lain. Anak yang memiliki kecerdasan sosial yang terasah akan mampu berinteraksi secara baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan pertemanan, dapat bekerja sama serta mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah aku dan keinginan orang lain. Semua kecerdasan di atas disempurnakan dengan perhatian Rosul pada aspek biologis yang juga menjadi bagian penting dari tercapainya keberhasilan pendidikan anak. Makanan adalah nutrisi yang menentukan berkembangnya kecerdasan anak. Ahli gizi sudah demikian detil mengklasifikasi makanan yang sehat dan bergizi bagi anak disesuaikan dengan usianya. Islam mewajibkan kita memperhatikan apa yang kita makan dengan batasan sederhana namun bermakna yaitu; halal dan thoyib. Apa yang dimakan akan menjadi penentu kebersihan jasmani dan ruhani manusia. Betapa pentingnya aspek biologis ini, hingga salah satu surat dalam Al Qur’an pun bertajuk Makanan. Makanan yang tidak halal dan thoyib pun berdasarkan hasil riset menjadi sumber utama penyebab berbagai penyakit. Ketika dalam hadis ini Rosul menyerukan untuk mendidik seorang anak di berbagai bidang, sejatinya ini dapat dimaknai sebagai isyarat dari Rosul bahwa yang dibutuhkan seorang anak yang notabene adalah manusia, bukan hanya kecerdasan di satu sisi –dalam hal ini kogintif saja- namun mengarahkan kita, bahwa setiap anak mempunyai beberapa kecerdasan yang harus digali dan dikembangkan sekaligus mengakui dan menghargai keunikan setiap anak yang memilki kecenderungan kecerdasan yang berbeda. Dan tugas manusia selanjutnya pula untuk terus menggali jenis kecerdasan lainnya yang merupakan potensi manusia yang patut untuk di ketahui dan optimalkan pengembangan dan pemanfaatannya. Subhanalloh… Tentu sebagai insan pendidikan yang sedang memegang amanah “luar biasa” berupa anak manusia yang menanti sentuhan pendidikan melalui tangan-tangan kita, sungguh tak ada alasan lagi rasanya untuk bersegera membuka tangan kita lebar-lebar. Menghargai mereka dengan berbagai keunikannya. Memfasilitasi kebutuhan mereka yang mungkin berbeda. Membantu mereka menjadi diri mereka sendiri yang berujung pada kesanggupannya memegang amanah untuk menjadi khalifah di bumi ini. Mudah-mudahan sekolah kita bukanlah sekolah robot yang disinggung Munif Chatib dalam buku terbarunya Sekolah Manusia. Sekolah kita pun tentu –harus- lebih baik dari sekolah monyet yang ada di Thailand, sekolah hewan yang mungkin lebih manusiawi dari sekolah manusia itu sendiri. Sebuah sekolah binatang yang dibangun dengan memperhatikan dan peduli terhadap keunikan tiap-tiap ‘individu’ monyet. Sekolah yang didisain senyaman mungkin untuk para monyet, baik bangunan fisik maupun kurikulumnya. Sekolah yang sudah memberlakukan proses penerimaan siswa yang berbasis kecerdasan majemuk dan berslogan education for all. Menerima semua siswa dengan berbagai keunikannya, baik yang jinak, liar, setengah liar atau amat sangat liar. Hati sebagai dasar dalam mendidik para monyet, sehingga si monyet merasakan kasih sayang dari para gurunya. Para monyet pun dapat mulai belajar atau masuk sepanjang tahun selama usia mereka telah mencukupi. Pendekatan pembelajaran yang dipakai pun pendekatan individual bukan klasikal. Setiap monyet diajarkan berdasarkan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. Pembelajaran ditujukan untuk membuat para monyet bisa memiliki berbagai keahlian yang dibutuhkan, mulai dari tingkat dasar, menengah dan tinggi. Tak mengenal kata gagal dalam proses pembelajaran ini. Dan yang mengagumkan, sekolah ini menekankan kepada pentingnya pembenahan kebiasaan buruk yang terjadi pada monyet, seperti kecanduan merokok, yang diakibatkan kebiasan manusia membuang puntung rokok sembarangan dan terambil oleh mereka. Tertarik? Silakan baca lebih lengkap tulisan Ayah Edy yang berjudul Sekolah Monyet VS Sekolah Manusia di ayahkita.blogspot.com Menulis untuk diri Menulis untuk berbagi Yessy Yanita Sari

Tuesday, February 25, 2014

Monday, February 10, 2014

Sunday, January 05, 2014

Saturday, January 04, 2014

Lampu Baca Anak Badak


Terbuat dari bahan recycle dan kulit buah Gambas finishing water base aman untuk anak Harga Lampu baca anak model doggy @150.000 Harga Lampu baca anak model Badak cula 1 @250.000